Perasaan Apakah Ini?
Cinta itu seharusnya bahagia, bukan
sengsara. Cinta itu seharusnya tertawa, bukan menangis. Apalah artinya cinta
kalau yang ada hanya tangisan? Apalah artinya cinta kalau hanya menyiksa diri?
Ya, itu yang pernah aku rasakan. Merasakan cinta yang amat pedih bagaikan
tertusuk pedang yang sangat tajam.
Dialah orangnya, namanya Fian, dia
orang membuat aku jatuh cinta, dia bisa dibilang cinta pertamaku. Saat itu aku
berusia 14 tahun, aku tertarik dengannya setelah beberapa minggu usai
pelaksanaan MOS, dia pendamping gugusku. Awalnya tak ada rasa suka atau apapun,
tapi setelah denger cerita dari temen-temen dan beberapa kakak kelas aku mulai
tertarik dengannya, mencari informasi semua tentang dia secara diam-diam.
Setelah beberapa lama, aku cek facebook dan ternyata disitu muncul facebook
atas nama dia, ya udah minta pertemanan deh. Sebelum dikonfirmasi, aku kirim
pesan ke dia, isinya “Kak, konfirmasi ya pertemanan dari aku, aku adik kelas
kakak.” Beberapa saat kemudian, pertemanan aku dikonfirmasi (dalam hati: Yes!
Akhirnya dikonfirmasi. Seneng, seneng banget) dan pesan aku dibales “Iya dek”,
walau balesannya Cuma kata ‘iya dek’ tapi rasanya berbunga-bunga banget, terus
aku bales lagi “kakak inget aku nggak? Aku adik kelas kakak di gugus 1”, dia
bales “Ngga dek, maaf kakak lupa.” Aku maklumin sih karena aku tak setenar yang
lain, aku orangnya pendiem dan lebih suka chatting dibanding ngobrol langsung.
Awalnya ngga kenal, lama-lama deket,
akrab, kakak-adikan. Semenjak aku tau facebook sampai nomor handphonenya aku
terus ngobrol sama dia tapi karena dia belum tau wajah aku, jadi aku pernah
kirim foto aku ke dia lewat MMS dan ternyata yang nerima MMS itu pacarnya, wow
kaget dan malu banget! Yang lebih parahnya lagi, pacarnya kan punya sepupu
perempuan yang ternyata yang ternyata temen se-angkatan aku, pacarnya itu
cerita ke sepupunya kalau ada temen dari sepupunya kirim foto MMS ke kak Fian.
Karena hal itu, banyak temen-temen yang bilang “Vi, kamu kirim MMS ya ke kak
Fian?” aku cuma jawab “iya”. Ya udah semenjak semenjak itu aku harus nanggung
malu karena kepolosan aku kirim MMS ke cowok, tapi sisi positifnya adalah aku
sama kak Fian makin deket termasuk sama pacarnya juga, sampai dianggep seperti
adiknya. Kak Fian kan manggil pacarnya ‘bunda’, pacarnya kak Fian namanya Devi,
teh Devi alias pacarnya kak Fian itu manggil kak Fian dengan sebutan ‘ayah’
(karena kak Fian lebih muda dari teh Devi), karena mereka manggilnya
ayah-bunda, ya udah biar lebih akrab lagi sekalian aja aku ikutan manggil ayah
Fian dan bunda Devi (alay ya? Emang iya. Maklum jaman SMP, hehee...). Semenjak
panggilan itu akrabnya makin akrab, tiap ngobrolpun panggilan itu selalu ada.
Cemburu emang iya tapi mau gimana lagi dia udah punya pacar, mesra banget kalau
lagi berduaan, apalagi pas aku main sama temen ke rumah teh Devi, padahal saat
itu sodaraku ada yang hajatan tapi karena aku tau kalau kak Fian mau main ke
rumah teh Devi, aku bela-belain kesana, aku ajak temen aku dan untungnya dia
mau, ya udah akhirnya kita kesana naik motor. Karena saat itu aku ngga
dibolehin naik motor walau dibonceng juga, aku terpaksa bohong kesananya naik
kendaraan umum dan bilang kalau main ke rumah temen sekolah. Sesampainya di
rumah teh Devi, kita diem-dieman suasana sepi senyap hanya suara kendaraan yang
terdengar, aku sibuk sendiri sama hp (ngga tau liatin apa di hp), temen aku
juga mainan hp. Pas aku liatin mereka, duh ada yang bikin iri, kak Fian pegang
tangannya teh Devi mesra banget, panas hati ini tapi yaudahlah sabarin aja.
Beberapa lama kemudian teh Devi bangun dari tempat duduknya dan dia pergi ke
dapur, sambil ngintip teh Devi bilang “tuh ya ngga ada teteh mah pada ngobrol”,
kita cuma liatin sambil senyum. Ya emang kalau ada orang baru emang gitu
‘canggung’ kalau mau ngobrol. Teh Devi orangnya baik, ramah, cantik, perhatian,
sama kak Fian serasi deh pokoknya. Aku ingin punya kakak seperti mereka, aku
ingin kalian sama-sama terus, aku seneng dianggep adik sama kalian apalagi sama
kak Fian, walau kadang aku merasa cemburu, aku bisa deket sama orang-orang yang
buat aku nyaman. Banyak temen aku yang suka sama kak Fian, sampai-sampai ada
yang minta tolong temuin dia sama kak Fian karena kak Fian salah satu siswa
pintar yang populer, tapi cuma aku yang bisa se-dekat itu dengan kak Fian
sampai aku terbawa perasaan yang mendalam.
Beberapa bulan kemudian teh Devi
sama kak Fian putus karena kak Fian harus melanjutkan sekolahnya keluar kota,
hatiku sedih karena aku ngga akan ketemu dia lagi. Aku khawatir setelah mereka
putus, kak Fian lupa dan menjauh dari aku, sedangkan aku inginnya selalu deket
sama dia, dapet kabar apapun tentang dia. Tapi, 1 tahun kemudian semua yang aku
khawatirkan itu menjadi kenyataan, nomor hpnya susah dihubungi, walaupun aktif
tapi kalau di sms atau telepon ngga pernah dijawab. Facebooknya berubah status
‘berpacaran dengan blablablabla’, aku ngga mau sebutin nama ceweknya karena
menurut aku pacar barunya yang udah buat dia berubah jadi cuek sama aku. Saking
keselnya aku blokir facebook milik kak Fian, dan coba buat lupain dia. Aku cari
kesibukan, belajar buat tes masuk SMA, setelah masuk SMA coba buat tetep fokus
sama sekolah dan ngga mikirin cowok. Tapi hasilnya nihil! Seberapa aku
menghindar dari cowok lain, mencari kesibukan atau hal lain apapun aku masih
kepikiran sama dia, nyesel blokir facebook dia, nyesel ngga cari tau kabar
tentang dia. Tapi semuanya sia-sia penyesalanku tak pernah berarti untuknya.
Dikala rindu hanya air mata yang dapat mengungkapkan betapa rindunya aku dengan
dirinya, dan dikala aku ingin mencoba melupakannya lagi aku masih terbayang
wajahnya.
Perasaan apakah ini? Fian.. tolong
jangan terus membayangi hidupku. Tolong pergi dari pikiranku. Ikhlaskan hati
ini untuk tidak terus mengharapkannya. Karena jangankan sekarang, dari dulu pun
kau hanya menganggapku adik kelasmu, tapi aku selalu menunggumu dengan penuh
harapan.
FB : Shavira Pratiwi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar