SITU PATENGAN
KAWAH CIBUNI (RENGGANIS) KECAMATAN RANCABALI KABUPATEN BANDUNG
Pada
tahun 1981 danau seluas 45.000 hektar ini talah diresmikan menjadi taman wisata
alam yang dulunya adalah sebuah kawasan cagar alam. Desa Situ Patenggang
Ciwidey atau lebih dikenal orang dengan nama Situ Patengan. Berasal dari bahasa
sunda yaitu dari kata “Situ” yang artinya adalah danau dan “Patengan” yang
menurut orang sunda adalah mencari. Dahulu kala Dewi Rengganis dan Ki Santang
adalah sepasang anak manusia yang saling mencintai dan mereka terpisah dalam
waktu yang cukup lama tetapi karena mereka saling mencintai dan cinta yang
ternyata sangat dalam diantara mereka sehingga merekapun dipertemukan ditempat
yang bernama Batu Cinta. Sang dewi pun meninta kepada kekasihnya untuk
dibuatkan danau dan sebuah perahu agar bisa berlayar bersama dan ternyata hal
tersebut dipenuhi oleh Ki Santang. Cerita dari masyarakat sekitar yang
mengatakan bahwa perahu itu adalah Pulau Asmara atau Pulau Sasaka yang
berbentuk hati. Masyarakat lokal sangat mempercayai bahwa apabila sepasang
kekasih mengunjungi Batu Cinta dan mengelilingi pulau itu pasti hubungannya
akan abadi dan mendapatkan cinta sejatinya seperti pada Dewi Rengganis dan Ki
Santang.
Kawah Rengganis atau Kawah Cibuni adalah kawah yang terbentuk dari proses alam jutaan tahun yang lalu. Dulu nama Kawah Cibuni diambil
karena terletak di daerah Cibuni, Cibuni yang jika dipisahkan memilik arti ‘Ci’ yang artinya air dan ‘Buni’
yang memiliki arti tersembunyi. Itulah mengapa kawah tersebut memang tidak
terlalu terekspos dan memang jarang pula yang mengetahui keberadaannya. Karena tempat ini sudah
dikelola oleh agro wisata Rancabali maka berubah
menjadi Kawah Rengganis karena keren dan memiliki
nilai jual
lebih. Walau sama-sama dari Ciwidey tapi Kawah Rengganis berbeda dengan Kawah
Putih karena memiliki kawah yang berukuran besar menyerupai sebuah danau dan
kondisi air yang sering sekali berubah sesuai dengan waktu beserta keadaan
alamnya. Sedangkan Kawah Rengganis sendiri adalah kawah yang memiliki banyak
bebatuan besar dengan ukuran yang kecil. Jika orang datang dengan niatan untuk
berobat maka menurut mitos yang ada harus mendapatkan ijin terlebih dahulu dari
sesepuh kampung agar prosesnya bisa berjalan secara maksimal.
® PERJALANAN DAN DESKJOB
MASING-MASING
Tanggal 8 Mei 2017 tepatnya pada hari Senin tiga hari
menjelang observasi Herna Nur Hasanah dan Graharani Hasriyah menyusun
pertanyaan untuk wawancara.
Hari Kamis tanggal 11 Mei 2017 kelompok kami mengadakan
observasi untuk meninjau lokasi dan apakah akan disetujui atau tidak untuk
melakukan wawancara kepada perwakilan desa yang bersangkutan. Perjalanan yang
tergolong mudah karena permukaan jalanan sudah rata dengan aspal jadi tidak
menghambat proses menuju ke desa yang ada disana.
Hal menarik yang dapat ditemui sepanjang perjalan Situ
Patengan Ciwidey adalah terdapat hamparan kebun teh yang hijau dan indah. sejauh mata memandang banyak terdapat perkebunan Strawberry yang hampir di setiap rumah warga sekitar dan juga terbuka untuk umum.
Berangkat pada pukul 13.00 WIB dan sampai dikawah putih
sekitar jam 18.00 WIB karena menungu Evi yang tertinggal dibelakang. Sampai di
desa situ patengan diperkirakan pada pukul 18.27 WIB.
Setelah beristirahat sebentar pada pukul 20.00 WIB kami
langsung kerumah kepala desa untuk melakukan perizinan agar bisa wawancara dan
masuk kedalam kampung adat, tetapi kendala yang dialami karena sang kepala desa
sedang tidak ada ditempat maka kami disuruh untuk menghubungi kepala dusun.
Dengan perjuangan yang keras akhirnya permohonan
wawancara kelompok kami disetujui tetapi tidak bisa dilaksanakan pada hari itu
juga karena waktu yang memang tidak memungkinkan dan setelah semuanya sepakat
wawancara dilaksanakan pada keesokan harinya.
Surat Izin Tempat
Karena wawancara dilakukan besok harinya maka terpaksa
kelompok kami menginap didesa Situ Patengan selama 1 hari tetapi, hanya Evi dan
Arika saja yang menjadi perwakilan dari kelompok kami yang bisa menginap disana
sedangkan yang lainnya seperti Gita, Herna, dan Gaharani langsung pulang lagi
kebandung dikarenakan suatu hal.
Tempat mereka
bersinggah
Pada tanggal 12 Mei 2017 pukul 10.16 WIB wawancara
dilakukan oleh sekertaris kepala desa yang dilakukan oleh Evi Riska Pratiwi dan
juga Arika Aprilia.
Dan perjalanan dimulai kembali pada pukul 13.11 WIB menuju
kawah Cibuni (Rengganis). Adanya hambatan yang terjadi ketika dalam perjalan
karena portal yang tertutup sehingga kami memutuskan untuk tetap lewat meskipun
harus memiringkan motor satu persatu, karena jika dipaksakan untuk memutar
balik jalan maka tidak akan sempat. Petuah bijak yang ditemukan ditengah
perjalanan ketika terjadinya hambatan portal dan juga pemandangan alam yang
asri masih bisa temui disekitarnya dengan bebatuan yang sedikit terjal.
Sampai ketempat tujuan yaitu kampung adat kawah Cibuni
pada pukul 14.42 WIB dan langsung melakukan wawancara dengan kepala adat pada
pukul 15.00 WIB sampai dengan 16.30 WIB. Dikawah Cibuni sendiri hanya memiliki 5 rumah
dengan masing-masing rumah terisi oleh masing-masing keluarga artinya tidak ada
orang lain yang tinggal disana hanya ada penduduk aslinya saja dan dengan jalan
yang kurang bagus ketika perjalan kearah kawah ini maka penduduk setempat
kebanyakan memodifikasi motornya atau memang menggunakan motor khusus. Jangan
sampai motor yang digunakan mogok dijalan, maka pastikan motor tersebut harus
berada pada kondisi yang prima.
Di lanjutkan dengan berkeliling ke daerah kawahnya yang sangat
luar biasa pemandangan yang wajib diabadikan meskipun bau belerang sangat
menyengat tetapi itu bukan hambatan untuk sang mata lensa membidik. Seperti
lukisan tapi itu semua nyata.
Perjalanan dari ketika turun sampai dengan keadaan
dibawah yang juga merupakan tempat yang sulit untuk dilupakan.
Terdapat
pancuran 5 atau bisa disebut sebagai mata air 5 yang memiliki mitos berupa
semua sumber dari 17 mata air mengalir ke pancuran 5 ini. Dan dikawah ini
memiliki makam yang dikeramatkan.
Ada
persyaratan khusus ketika ingin meneliti tempat wisata tersebut yaitu harus
menggunakan batik “Pemancek” tetapi hanya dikhususkan bagi yang melakukan
penelitian karena pasti ingin mengorek lebih jauh tentang Kawah Rengganis
tersebut. Tetapi jika hanya sebatas mengunjungi dan untuk mandi saja maka itu
tidak perlu atau tidak diharuskan untuk menggunakan kain batik tersebut.
Pulang ke Bandung sekitar jam 17.30 WIB hari itu juga dan
sampai ke Bandung sekitar pukul jam 21.00 WIB.
Tanggal 20 Mei 2017 Gita Ayu Fioravanty melakukan proses
pembuatan laporannya dan merevisi kembali pada tanggal 1 Juni 2017 karena
terdapat kesalahan isi dari laporan tersebut.
Agung Oktarianto melakukan proses pengeditan video
dibantu dengan yang lainnya untuk membuat konsep semenarik mungkin pada video
tersebut dan juga pembagian tugas pada setiap bagiannya yaitu pemotongan video,
mencari backsound lagu yang pas, dubbing dan penggabungan dilakukan secara
bersama-sama yaitu pada tangal 20 Mei 2017 sama seperti membuat laporan karena
data dari Evi dan Arika baru diterima oleh kami pada tangal tersebut. Memang
tidak jadi pada hari itu juga, karena keterbatasan waktu dan tempat tapi kami
berusaha sebaik mungkin untuk bisa selesai secepatnya dan mengeluarkan output
video yang baik pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar