Kamis, 13 Desember 2018

Surat Masa Depan



Hallo kawan..

Perkenalan dulu mungkin yah biar lebih afdol.. ;)

Nama saya Gita, tapi dari dulu saya ingin sekali punya nama panggilan lain selain nama depanku itu. Makannya saya membuat nama pena sendiri yaitu Aravanty yang sebenarnya adalah singkatan dari nama panjang yang selalu ngepas ketika nulis dikolom ujian :D (saking panjangnya sampe selalu telat ngerjain soal).

Status saya sekarang sebagai mahasiswa ilmu komunikasi semester 5 di salah satu universitas swasta di kota Bandung.

Kegitan sehari-hari yang saya lakukan adalan Kuliah, Tugas, Organisasi dan Jualan. Awalnya saya biasa saja menjalani keseharian yang menumpuk tersebut, sampai suatu ketika tibalah di titik jenuh seorang mahasiswa yang membiayai kehidupan dan kuliahnya dengan jerih payah sendiri.

Saking hoplesnya sampai terkadang stres berkepanjangan dan sakit sudah menjadi rutinitas, setiap hari ada saja hal yang membuat saya harus berfikir panjang jika tidak berangkat kuliah. Sehari saja saya tidak ke kampus maka banyak sekali yang akan dirugikan seperti suplyer Risol, uang kuliah, kontrakan, makan dan masih banyak lagi.
Semuanya adalah hal yang tidak bisa untuk dipandang sebelah mata L.

Ketika stres semakin menjadi temanku tiba-tiba mengirim link tentang beasiswa kesempatan emas ini tidak akan saya sia-siakan karena orang bijak sering bilang bahwa kesempatan itu tidak datang dua kali. #Glints

Cita-cita sih pengennya lulus kuliah itu sudah bisa beli rumah dan punya penghasilan tetap sebagai entrepreneur ataupun pegawai.

Awal ketika saya masuk kuliah pun perih karena ke Bandung hanya pegang uang Rp. 500.000  dan untuk kosan Rp. 350.000, bayangin sisanya hanya Rp. 150.000 harus bisa bertahan untuk sebulan. Putar otak akhirnya berusaha melamar pekerjaan dimana-mana tapi kebanyakan ditolak. Hidup tidak seindah drama korea :D.

Mencari dan terus mencari yang freelance sampe yang ship malampun aku mau ambil, tapi sayang tidak ada yang bisa menyesuaikan dengan jam kuliah yang ada. Sampai saat itu uang sisa Rp. 50.000 saya mulai berfikir keras bagaimana caranya membuat uang ini berputar bahkan bertambah menjadi berlipat-lipat.

Saat itu kosan saya dekat dengan orang jualan nasi kuning, diminggu ke-2 mahasiswa baru sudah berani menjajakan nasi kuning walau hanya keteman sekalasnya tapi dengan hasil yang lumayan akhirya jualanpun terus berlanjut.

Jika berusaha pasti jalan akan terbuka lebar, mungkin rezeki saya bukan sebagai pegawai tapi sebagai orang yang mempunyai pegawai #DOA J.

Jujur saya termasuk orang yang pemalu bahka sangat tidak bisa berbicara didepan umum, tapi saya selalu berusaha menantang diri sendiri untuk berani entah didalam kelas, organisani dan jualan keliling dikampus, alhasil sekarang sudah terlihat perubahan yang lumayan signifikan jika dibandingkan dengan saya yang dulu lebih baik saya yang sekarang jika dalam bersosialisasi.

Untung yang didapat juga lumayan untuk print atau sumbangan ketika ada tugas kuliah, setelah rutin berjualan diantara mahasiswa dipanggillah  saya untuk berjualan keliling keruang dosen-dosen kampus  tapi dengan inovasi yang berbeda, sekarang saya menamainya sebagai Rista (Risol Gita) #Biar Keren walau bukan masak sendiri J.

Modal kepepet itu memang paling ampuh untuk mengembangkan diri menjadi yang lebih baik, sampai saya pribadipun bisa melangkah sejauh ini ;).

Usaha bukan hanya orang-orang yang mempunyai modal gede sampai jutaan rupiah tapi mereka yang tidak punya apa-apa dan mampu mengembangkannya serta bertahan bahkan bisa naik kejenjang yang lebih serius lagi, itulah pengusaha sejati.

Sebentar lagi adalah masa dimana saya harus magang diperusahaan karena fokus jurusan saya di Komunikasi Bisnis maka Job yang saya minati adalah sebagai Humas, Advertising dan Public Relation. Belum ada bagian lain yang saya minati untuk saat ini, https://glints.com lah sebagai tempat yang paling tepat untuk problem tersebut karena sebagai wadah kesiapan para anak muda memulai entah dari magang atau pekerjaan.


Dikampus pembekalan hanya sebatas teori tapi kerja lapangan pasti akan seru jika sudah ada tempat yang dituju terkadang kekhawatiran saya yang berlebihan tentang dunia kerja membuat saya takut untuk melangkah solusi yang saya punya hanya sharing keteman-teman atau dosen wali jika sudah tidak bisa menanggung tekanan yang ada #Lebay :D

Salam penulis
Your One Career Hacks

Rabu, 12 Desember 2018

Panik biasa jadi panik luar biasa



Holaa!!

 
Ini adalah cerita temanku ketika baru pulang dari Malaysia …
Dia bercerita tentang pengalaman paling memalukan yang dialaminya ketika ada dibandara.
Siapa sangka kalau cerita itu ternyata punya value tersendiri bagi kita para pendengarnya :D..

Cerita dimulai ketika dia hampir saja ketinggalan penerbangan menuju Indonesia,
Dari tempat kerjanya pagi itu dia sudah telat bangun dan koperpun ternyata belum disiapkan. Alhasil tidak semua barang ia bisa bawa pulang, banyak sekali boneka doraemon (#Maniak boneka) yang sudah ia beli semasa bekerja di Malaysia terpaksa ditinggalkan karena kondisi yang was-was takut ketinggalan pesawat.

Ketika sampaei bandara dia mencoba untuk menghubungi keluarga dirumah tapi handphonenya ternyata tidak ada. Dari yang tadinya panik biasa jadi panik luar biasa karena persepsi dia yang negatif, dengan keadaan hampir menangis di kursi tunggu bandara dan ditanya oleh orang bangku sebelahnya “kenapa?” temanku hanya memasang muka cemas. Membuat orang itu tergugah untuk membantu sampai melapor kepada petugas karena disangka kemalingan dan sudah minjem HP orang lain juga untuk telfon orang kantor takutnya ketinggalan diasrama ternyata tetap tidak ada. Diapun baru kepikiran untuk menelfon nomernya sendiri dengan kondisi yang sudah tidak tahu mau bagaimana lagi suara HP akhirnya terdengar, orang yang ada disana hanya bisa tersenyum maklum tapi dia merasa malu luar biasa karena ternyata HP itu ada didalam kopernya sendiri :D . dibongkarlah tuh koper yang super duper berantakan, disaat ia mencari dengan memporak-porandakan isi didalamnya yang ternyata hp itu terselip didalam koper baju. (kalo aku mungkin sudah kabur :D) 

Lanjut …
Cerita ketika sampai di Indonesia, karena tidak tahu harus kemana dia hanya mengikuti orang-orang yang turun dengan keberangkatan yang sama dengannya. Merasa diperhatikan terlalu intens orang yang diperhatikan oleh temanku itu berbicara kepada petugas yang ada dan tiba-tiba petugas itu menegur temanku itu karena terlihat sangat mencurigakan ia sampai disangka maling.

Setelah ia menjelaskan semuanya barulah ia bisa bebas, karena bingung yang terus berlanjut. ketika mau mencari kendaraan pulang sebelum keterminal bus menuju kota tempat dia tinggal. Pilihannya hanya jatuh kepada taksi bandara "tapi pasti mahal" pikirnya saat itu diapun hanya berjalan kaki dan tanpa disangka tibalah ke spot bertuliskan Grab.
 

bertanyalah ia kepada petugas yang ada “kalo mau keluar lewat mana yah pak?” disanapun ditawarkan untuk menggunakan Grab yang dipesankan oleh orang yang sedang bertugas di tempat itu, alhasil dia setuju dan pulang menggunakan Grab bandara hanya sampai terminal.

Temanku-pun mengobrol dengan drivernya, apa bedanya pesan grab lewat aplikasi seperti biasa dengan dipesankan ketika dibandara?

Sang driverpun menjawab :
Ternyata jika dibandara kita pesan grab sendiri maka kemungkinan besar kendaraan itu tidak bisa masuk bandara karena tidak adanya kerjasama dengan pihak bandaranya entah itu dari kelayakan surat dan lain sebagainya.

Sedangkan jika pesan dispot grab bandara kita bisa mengaksesnya dengan aman walau akan ada biaya tambahan seperti tol jika dijakarta sebesar Rp. 15.000 jika di bandara bandung Rp. 10.000.

aplikasinya sendiripun sangat membantu banyak pengguna yang khususnya tidak memiliki kendaraan jika ingin berergian biasa, tarif sudah ada bahkan banyak sekali voucher potongan harga yang selalu ditawarkan oleh pihak Grab sendiri. https://www.grab.com/id/

Aplikasi ini bisa di download di App store atau  Google Play.

Pulang dengan selamat, dan aman.
Hanya dengan Grab semoga perjalanan anda menyenangkan :)

Surat Masa Depan

Hallo kawan.. Perkenalan dulu mungkin yah biar lebih afdol.. ;) Nama saya Gita, tapi dari dulu saya ingin sekali punya nama panggi...